Bentengpos.id — Rakyat Kabupaten Bengkulu Tengah kembali harus menelan kenyataan pahit, berjam-jam antri di SPBU hanya untuk pulang dengan tangan kosong. BBM, yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat, kian sulit diakses.
Kondisi ini bukan hanya menyakitkan, tetapi juga mencerminkan sebuah ironi besar di saat rakyat semakin menderita, para pejabat Provinsi Bengkulu justru sibuk menjual opini, bukan solusi.
Sulitnya mendapatkan BBM jelas membawa dampak sistemik. Harga barang melambung karena biaya distribusi naik, mobilitas masyarakat terganggu, aktivitas ekonomi melambat, dan keseharian rakyat pun tersendat.
Bagaimana petani bisa mengolah lahan tanpa BBM? Bagaimana pedagang kecil bisa berdagang jika kendaraan tak bisa berjalan? Bagaimana rakyat bisa bertahan jika kebutuhan dasar saja tak terpenuhi?
Sayangnya, alih-alih hadir dengan langkah konkret, pejabat Pemprov Bengkulu justru lebih sering tampil dengan pernyataan manis yang tak menjawab substansi.
Rakyat sudah bosan mendengar alasan, rakyat sudah muak melihat janji kosong, mereka tak butuh retorika yang menghiasi media, tetapi aksi nyata di lapangan.
Karena hidup rakyat tidak akan berubah oleh narasi, melainkan oleh kebijakan yang berpihak dan keberanian pejabat untuk turun tangan langsung.
Jeritan rakyat Bengkulu Tengah hari ini bukan sekadar soal BBM. Ini adalah cerminan dari lemahnya tata kelola, buruknya distribusi, dan semakin lebarnya jarak kepercayaan masyarakat.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka yang terancam bukan hanya stabilitas ekonomi daerah, tetapi juga kepercayaan publik terhadap pemerintahan.
Pejabat jangan hanya rajin tampil di media jualan opini, tetapi absen di tengah penderitaan rakyat.
Opini oleh : Candra Irawan. S., S.IP