Bentengpos.id — Di sebuah desa yang tenang di Bengkulu Tengah, tepatnya di Desa Kelindang Atas Kecamatan Merigi Kelindang, lahirlah sebuah kisah inspiratif tentang ketekunan, inovasi, dan kepedulian terhadap sesama.
Mardiana, S.Pd, seorang Kepala Desa dengan semangat yang luar biasa, memulai langkahnya pada tahun 2014 hanya bermodalkan ide sederhana dengan memanfaatkan limbah kayu yang kerap dianggap tak berguna.
Dari sisa-sisa serbuk kayu, Mardi melihat peluang. Ia mulai bereksperimen membuat media tanam jamur tiram secara otodidak, mengolah limbah menjadi sesuatu yang bisa memberi manfaat.
Dalam prosesnya, ia membuat bibit jamur dari media PDA (Potato Dextrose Agar), lalu menurunkan bibit itu dari F0 ke F1, F2, hingga F3 yang disebut backlog dengan mencampurkan dedak dan dolomit agar dapat difermentasi dan siap digunakan sebagai media tumbuh jamur tiram.
Usaha itu bukan tanpa tantangan. Namun tahun demi tahun, hasilnya mulai terlihat. Pada 2022, budidaya jamur tiram tak lagi hanya menjadi hobi pribadi, melainkan telah berkembang menjadi program ketahanan pangan desa.
Bahkan, program ini tidak lagi bergantung pada Dana Desa. Seluruh biaya operasional ditopang dari keuntungan budidaya jamur tiram yang dikelola oleh desa.
Dampaknya meluas. Para ibu-ibu rumah tangga dan lansia kini ikut terlibat dalam proses produksi. Dari setiap backlog yang mereka buat, mereka mendapat upah mungkin hanya Rp. 250 per unit.
Namun jika dikumpulkan, bisa menghasilkan Rp. 60.000 hingga Rp. 300.000 per bulan. Bukan angka besar, tapi cukup untuk membuat mereka merasa diberdayakan dan mandiri.
Tak hanya memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, jamur tiram hasil budidaya juga menyumbang Pendapatan Asli Desa (PADes).
Bahkan, Mardi bersama tim desa juga melayani penjualan backlog bagi masyarakat luas yang ingin mencoba membudidayakan jamur sendiri di rumah. Produk olahan seperti jamur krispi pun dikembangkan sebagai inovasi tambahan.
Kini, dari sisa-sisa limbah kayu yang dulunya hanya dibakar atau dibuang, telah tumbuh harapan baru.
Harapan yang tak hanya memberi makan, tapi juga membuka jalan menuju kemandirian ekonomi desa.
Mardi membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil dan dari tempat yang mungkin tak pernah disangka dari sebuah serbuk kayu, di tangan orang yang tekun dan percaya, bisa tumbuh kehidupan.
Dan di Kelindang Atas, kehidupan itu kini berkembang subur seperti jamur tiram yang tumbuh di balik plastik-plastik sederhana buatan tangan-tangan warga desa.